Tuesday, March 22, 2011

Teknik Memotret Malam Hari Dengan Flash

Teknik Memotret Malam Hari Dengan Flash
Oleh redani, 14 August 2010

Foto liburan anda?

Lihatlah foto di sebelah, terlihat familiar bukan? Apakah foto liburan terakhir anda tampak seperti ini? Ya inilah tipikal hasil foto yang umum kita dapatkan pada malam hari pada setelan automatik dengan menggunakan flash: subyek yang terang benderang dengan latar belakang yang gelap. Mari kita pelajari teknik yang lebih baik agar foto seperti ini tidak terjadi lagi.

Untuk mendapatkan foto sebaik siang hari dengan kondisi cahaya yang terbatas nyaris tidak mungkin. Anda harus memprioritaskan beberapa hal dan mungkin kehilangan beberapa hal lainnya. Anda harus melakukan banyak kompromi. Yang kita usahakan adalah memaksimalkan hasil pemotretan dalam situasi yang kurang menguntungkan ini.

Siap? Yuk kita mulai.

Ide Dasar

Saya bisa mengerti jika saat ini anda sudah bersama kamera kesayangan anda dan ingin segera praktek. Tapi sebelumnya anda harus pahami hal-hal berikut ini dahulu. Dalam fotografi dengan flash anda bertanggung jawab atas dua wilayah eksposur. Sudah anda ingat? Dua wilayah eksposur. Bawa kopi dan kacang ke depan komputer anda karena ini akan menjadi pembahasan yang panjang. Kita bahas satu persatu:

Visualisasi dua wilayah eksposur. Orang ke 1 dan 2 mendapat eksposur yang pas, orang ketiga agak gelap, orang keempat gelap

Eksposur pertama adalah eksposur latar depan, yaitu wilayah yang terjangkau oleh sinar flash anda. Jarak efektifnya kira-kira hingga 2 sampai 3 meter tergantung flash pada kamera anda. Terang gelapnya wilayah ini bergantung pada kekuatan flash anda. Anda sebaiknya membuka diafragma cukup besar agar flash anda tidak bekerja terlalu keras. Anda boleh saja ingin diafragma yang cukup kecil agar mendapatkan ruang tajam yang lebih lebar tapi harap diingat bahwa itu artinya anda mengurangi jarak jangkauan efektif flash. Setiap flash punya batas kekuatan maksimal dan tidak bisa lebih terang lagi. Jika anda mendapati latar depan foto anda tidak bisa lebih terang dari sebelumnya kemungkinan flash anda sudah ‘mentok’, anda sebaiknya mengalah dan membuka diafragma menjadi lebih besar. Jika diafragma pun sudah mentok tidak bisa lebih besar lagi maka anda mau tidak mau harus menaikkan ISO. Ini adalah sebuah kompromi, anda kehilangan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lainnya.

Eksposur kedua adalah eksposur latar belakang, yaitu wilayah yang tidak lagi terjangkau oleh sinar flash anda. Wilayah ini mungkin diterangi oleh cahaya lampu-lampu ruangan, cahaya lilin atau bahkan cahaya bulan yang masing-masing berbeda intensitasnya. Bila latar belakang tidak diterangi sumber cahaya apapun maka anda bisa langsung memotret. Jika latar belakang memiliki sumber cahaya maka kita bisa mengatur terang gelapnya. Besarnya intensitas cahaya yang menerangi latar belakang akan mempengaruhi hasil akhir foto kita. Terang gelapnya wilayah ini bisa dikendalikan dengan memperlambat shutter speed kamera kita. Semakin lambat shutter speed maka semakin terang latar belakangnya (ini yang kita mau) tetapi juga artinya semakin rentan terhadap gerakan baik gerakan subyek maupun guncangan tangan kita sendiri. Sekecil apapun guncangan bisa menyebabkan foto menjadi blur (ini yang tidak kita kehendaki). Yup, anda harus berkompromi dalam hal ini. Anda tidak bisa menang di keduanya. Yang anda harus cari adalah latar belakang yang cukup terang dan foto yang tidak blur. Mungkin anda perlu memperbaiki posisi kaki dan cara memegang kamera agar anda lebih kaku, tahan nafas jika perlu.

Sekarang kita melangkah ke praktek. Sengaja saya pisahkan antara kamera poket (kamera saku) dengan DSLR dengan flash built-in dan DSLR dengan flash eksternal. Semuanya menggunakan teknik yang serupa hanya berbeda di beberapa tahap. Saya haruskan anda membaca semuanya.

Kamera Poket

Berhubung flash kamera poket hanya bisa menghadap ke depan maka kita terpaksa melakukan direct flash, yaitu menyinari obyek secara langsung dengan sinar flash.

Bila kamera saku anda ada memiliki mode “night scene” maka anda dapat langsung mengaktifkannya untuk memotret malam hari. Dan bila kamera anda ternyata juga memiliki mode M (manual) anda bisa lebih leluasa menciptakan efek yang sama, bahkan lebih baik.

Mode night scene
Caranya:

1. aktifkan mode M (manual) pada kamera
2. nyalakan flash, biarkan di mode automatik
3. buka diafragma (aperture) hingga maksimum (pilih angka terkecil) agar lebih banyak cahaya yang masuk ke lensa
4. setel ISO ke 200
5. set white balance ke flash atau sunlight
6. lambatkan shutter speed hingga 1/30 sambil perhatikan layar LCD, bila terlalu terang maka percepat shutter speed (misal ke 1/40 atau lebih cepat) hingga terlihat cukup terang, bila terlalu gelap maka pelankan shutter speed (misal ke 1/25 atau lebih pelan lagi), bila sudah terlalu pelan (misal 1/15) maka sebaiknya anda kembalikan shutter speed ke 1/30 dan naikkan setelan ISO satu tingkat, ulangi langkah ini sampai mendapatkan cahaya yang seimbang dan shutter speed yang cukup cepat
7. ambillah foto, jika mungkin minta kepada subyek foto anda untuk tidak bergerak hingga kira-kira satu detik hingga pengambilan foto selesai (flash biasanya nyala beberapa kali setiap pengambilan foto, pastikan subyek foto tidak buru-buru bergerak setelah flash pertama menyala)

Walaupun masih melakukan direct flash yang cenderung keras, cara di atas memiliki kelebihan dibandingkan mode night scene yang disediakan kamera. Kelebihannya adalah anda memiliki kendali atas gelap terangnya latar belakang dari foto anda dengan cara memperlambat/mempercepat shutter speed. Mode night scene yang tersedia di kamera menggunakan trik yang sama tetapi sudah mematok eksposur latar belakang di tingkat tertentu dan tidak dapat diubah.

Teknik memperlambat shutter speed ini dikenal dengan istilah slow-shutter atau bukaan lambat. Bila disertai dengan flash sering disebut dragging the flash atau “menyeret flash”. Tetapi apapun istilahnya anda sekarang sudah paham cara kerjanya. Semakin lambat shutter speed maka semakin terang latar belakang foto anda.

Foto diambil dengan teknik direct flash dan slow shutter. Latar belakang tertangkap dengan baik.

Kamera DSLR dengan Flash Built-In

Memotret malam hari dengan kamera DSLR dengan flash built-in juga menggunakan teknik slow shutter, yaitu cara yang sama dengan kamera poket kecuali di langkah nomor (6). Sebagai pengganti langkah ke (6) yaitu melihat ke layar LCD, adalah anda harus melakukan penyesuaian eksposur dengan melihat ke metering kamera (aktifkan metering mode matriks). Pastikan flash berada di mode full automatik (TTL).

Setel shutter speed ke 1/30 dan perhatikan jarum metering anda, pastikan menunjuk angka lebih kecil dari nol dan di sekitar angka minus satu hingga minus dua. Bila ternyata jarum menunjukkan angka yang lebih kecil dari itu maka pelankan shutter speed. Bila shutter speed sudah kelewat lambat (misal 1/15 detik) maka kembalikan shutter speed ke 1/30 dan naikkan ISO. Ulangi langkah ini hingga jarum metering berada di antara minus satu dan minus dua. Ambil sampel foto sebagai contoh. Ulangi langkah di atas (jika perlu) hingga anda mendapatkan perimbangan latar depan dan latar belakang yang sesuai dengan selera. Saya pribadi menyukai eksposur latar belakang pada posisi minus satu selama kondisi memungkinkan.



Portrait dengan teknik bounce flash





Kamera DSLR dengan Flash Eksternal


Dengan flash eksternal maka anda memiliki kesempatan terbaik. Teknik yang digunakan sama dengan teknik memotret pada kamera DSLR dengan flash built-in, bedanya anda mengubah arah moncong flash eksternal anda ke langit-langit di atas kepala anda. Teknik ini dikenal dengan nama teknik bouncing flash (flash yang dipantulkan). Dengan memantulkan cahaya flash ke langit-langit akan mengubah sifat cahaya flash yang tadinya berpenampang kecil menjadi berpenampang besar. Dan penampang sumber cahaya yang besar menghasilkan cahaya yang lebih lembut merata, itu kuncinya. Hanya saja pastikan bahwa langit-langit anda berwarna putih agar cahaya pantulannya tetap netral.

Jika ruangan tempat anda memotret ternyata memiliki langit-langit yang warnanya tidak netral (merah, coklat dll), langit-langitnya kelewat tinggi atau anda berada di luar ruangan maka anda tidak dapat melakukan teknik bouncing flash. Yang terbaik untuk anda lakukan adalah mengembalikan moncong flash ke arah depan dan kembali ke teknik direct flash dengan slow shutter.

Perbedaan warna latar depan dan belakang. Warna oranye di latar belakang menunjukkan ruangan menggunakan penerang berupa lampu pijar

Mengoreksi Warna

Menggunakan teknik di atas kemungkinan masih menyisakan satu masalah yaitu belangnya warna di latar depan dibandingkan dengan latar belakang. Hal ini disebabkan perbedaan suhu warna antara flash dan lampu ruangan. Bila lampu ruangan adalah dari jenis lampu pijar maka latar belakang foto akan berwarna kekuningan sementara bila lampu ruangan dari jenis lampu neon maka latar belakang foto akan berwarna kehijauan.

Yang perlu kita lakukan adalah menyamakan warna cahaya latar depan dengan warna cahaya latar belakang dan biarkan white balance yang melakukan koreksi untuk menormalkan keduanya sekaligus untuk kita. Terdengar hebat kan?

Gel dan cara pemasangannya

Untuk itu kita butuh bantuan benda yang namanya gel. Bukan, bukan gel yang dimakan anak-anak atau yang dipakai di rambut. Gel yang dimaksud adalah semacam plastik bening berwarna yang bisa anda beli di toko peralatan fotografi. Ada banyak warna tersedia tetapi yang kita butuhkan hanya yang berwarna oranye dan berwarna hijau. Gel oranye kita gunakan pada ruangan dengan pencahayaan lampu pijar dan gel hijau untuk ruangan dengan lampu neon.

Latar depan dan belakang sudah terkoreksi dengan pemasangan gel dan penyetelan white balance yang tepat

Prakteknya sangat mudah. Pasang gel yang sesuai dengan jenis lampu yang ada dalam ruangan pada moncong flash anda. Anda dapat mengetahui jenis lampu tersebut dengan mudah, dengan melihat foto yang diambil dengan teknik slow shutter. Jika latar belakang menunjukkan warna oranye berarti ruangan menggunakan lampu pijar dan anda tinggal memasang gel warna oranye, sedangkan bila kehijauan maka ruangan menggunakan lampu neon dan anda silakan pasang gel hijau. Selanjutnya anda harus mengubah white balance ke jenis lampu yang sesuai dan selesailah proses pemasangan, anda hanya tinggal memotret.


Memotret malam hari dengan flash selalu menantang. Setiap tempat, setiap lokasi, setiap ruangan punya karakteristik masing-masing yang menuntut kita untuk segera beradaptasi. Sering-seringlah berlatih agar terbentuk refleks.

Selamat memotret.

Tuesday, March 1, 2011

MENGENALI PENYAKIT TYPHUS

Bakteri Salmonella typhi merupakan bakteri yang bertanggung jawab terhadap penyakit ini. Kuman ini dapat hidup lama di air yang kotor, makanan tercemar, dan alas tidur yang kotor. Siapa saja dan kapan saja dapat menderita penyakit ini. Termasuk bayi yang dilahirkan dari ibu yang terkena demam tifoid.
Lingkungan yang tidak bersih, yang terkontaminasi dengan Salmonella typhi merupakan penyebab paling sering timbulnya penyakit tifus. Kebiasaan tidak sehat seperti jajan sembarangan, tidak mencuci tangan menjadi penyebab terbanyak penyakit ini. Penyakit tifus cukup menular lewat air seni atau tinja penderita. Penularan juga dapat dilakukan binatang seperti lalat dan kecoa yang mengangkut bakteri ini dari tempat-tempat kotor.
Masa inkubasi penyakit ini rata-rata 7 sampai 14 hari. Manifestasi klinik pada anak umumnya bervariasi. Demam adalah gejala yang paling utama di antara semua gejala klinisnya. Pada minggu pertama, tidak ada gejala khas dari penyakit ini. Bahkan, gejalanya menyerupai penyakit infeksi akut lainnya. Gejala yang muncul antara lain demam, sering bengong atau tidur melulu, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau justru sembelit (sulit buang air besar) selama beberapa hari. Peningkatan suhu bertambah setiap hari. Setelah minggu kedua, gejala bertambah jelas. Demam yang dialami semakin tinggi, lidah kotor, bibir kering, kembung, penderita terlihat acuh tidak acuh, dan lain-lain.
Pada penderita penyakit tifus yang berat, disarankan menjalani perawatan di rumah sakit. Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit tifus. Waktu penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan.
Vaksinasi tifoid sangat dianjurkan untuk mencegah penyakit. Apalagi jika si kecil terkenal doyan jajan. Juga, anak balita yang sudah pandai "nenangga", atau yang belum bisa cebok dengan benar. Vaksinasi harus diperkuat setiap 3 tahun. Ini karena setelah kurun waktu itu, kekebalan terhadap penyakit tifus akan berkurang. Umumnya, seusai divaksinasi, tubuh akan kebal, atau kalupun terkena maka penyakit yang menyerang tidak sampai membahayakan anak.

MELURUSKAN SALAH KAPRAH

1. BUBUR TAK HARUS JADI MENU WAJIB PENDERITA TIFUS
Penyakit tifus identik dengan menu ketat berbahan utama bubur. Bahkan bubur itu harus disaring sehalus mungkin. "Biar ususnya tidak tambah sakit," begitu kata orang. Tidak cuma itu. Berbagai pantangan pun harus dijalani. Tidak boleh makan ini dan itu. Walhasil, penderita hanya makan bubur dengan lauk pauk seadanya. Dengan menu seperti itu, anak yang menderita tifus boleh jadi tidak nafsu makan, bahkan menolak makan. Siapa sih yang mau melahap bubur hambar miskin lauk? Selain itu, kandungan kalori sepiring bubur lebih sedikit ketimbang nasi. Jika sepiring bubur mengandung 80-100kalori, maka sepiring nasi dapat empat kalinya. Walhasil, bubur tak hanya membuat nafsu makan anak hilang, tapi juga membuat tubuhnya lemas. Jika asupan gizi anak kurang maka dapat dipastikan waktu penyembuhan semakin lama.
Dulu, penderita penyakit tifus wajib makan bubur dengan alasan khawatir terjadi gangguan pada pencernaan atau perdarahan pada usus. Pendapat ini tampaknya perlu diluruskan. Sebab, gangguan pencernaan akibat bakteri Salmonella typhi ada di usus halus. Perlu diketahui, makanan yang sudah masuk usus halus semuanya berbentuk cair. Ini karena sebelumnya makanan itu dikunyah di mulut, lalu diproses di lambung, lalu ke usus halus. Meski asalnya makanan itu padat, tapi kalau sudah masuk usus halus semuanya akan berbentuk cair.
Jadi, sebenarnya tidak ada pantangan buat penderita penyakit tifus makan nasi lembek. Perkecualian jika penderita tidak sadar, maka penderita disarankan mengonsumsi menu makanan cair.
Pantangan buat penderita tifus adalah makanan berserat tinggi seperti sayur-sayuran atau buah. Tapi jika diberikan sedikit tidak mengapa. Juga makanan yang berisiko menimbulkan kontraksi pada pencernaan seperti makanan pedas atau asam. Penderita dianjurkan mengonsumsi makanan berprotein tinggi seperti daging, telur, susu, tahu, tempe, dan lain-lain. Dengan demikian, nafsu makan anak membaik, waktu penyembuhan pun semakin cepat.
2. HARUS ISTIRAHAT
Agar lekas pulih, penderita tifus memang harus banyak beristirahat di tempat tidur. Untuk keperluan buang air, misalnya, sedapat mungkin penderita tidak beranjak dari tempat tidur. Banyak pergerakan dapat menyebabkan suhu naik. Bahkan jika terlalu heboh, aktif bergerak dapat menimbulkan risiko usus pecah. Jadi, biarkan si kecil tetap istirahat dan tidak terlalu banyak bergerak. Temani, hibur, atau bacakan dongeng jika perlu.
3. TES WIDAL POSITIF TIDAK SELAMANYA TIFUS
Untuk mengetahui seseorang terjangkit tifus atau tidak, maka tes yang umum digunakan adalah tes Widal. Jika positif berarti tifus, jika tidak maka mungkin penderita terjangkit penyakit lain. Padahal, Widal positif tidak selalu berarti penderita terjangkit tifus. Ini karena orang sehat sekalipun jika dites widal hasilnya bisa positif. Seorang dokter penyakit dalam bahkan pernah berkelakar, jika pasien, perawat, bahkan dokter yang berpraktik di kliniknya dites Widal, maka bukan tidak mungkin hasilnya positif semua. Ingat, kebersihan merupakan sebuah hal yang sulit dicari di negeri ini. Nasi goreng yang biasa kita santap bersama teman, es jeruk yang diseruput di warung tegal, bahkan menu makanan di kantin, tidak ada jaminan bebas tifus 100%. Namun, karena jumlah kuman yang masuk ke dalam tubuh tidak sampai menginfeksi, sakit tifus pun tidak terjadi. Ini berbeda dengan kondisi di Eropa atau Singapura yang sanitasinya sudah baik. Tes Widal positif berarti kemungkinan besar terjadi infeksi tifus.
Namun, tidak berarti tes Widal diragukan akurasinya. Jika tesnya dilakukan di waktu yang tepat, plus diagnosis klinisnya benar, maka penyakit tifus dapat dengan mudah terdeteksi. Tes Widal idealnya dilakukan setelah hari ke-5 atau 6, sesudah penderita mengalami gejala klinis tifus yaitu demam. Jika dilakukan sebelum itu maka hasilnya tidak akurat. Selain itu, selidiki juga gejala lainnya seperti sembelit, nyeri perut, lidah kotor, muntah, dan lain-lain. Dengan kombinasi tes Widal dan deteksi gejala, maka penyakit tifus dapat dideteksi dengan mudah. Selain harganya yang lebih ekonomis, tes Widal juga dapat mendeteksi penyakit paratifus, sebuah penyakit dengan gejala mirip tifus tapi lebih ringan. Paratifus disebabkan bakteri Salmonella paratiphy. Sedangkan tifus disebabkan bakteri Salmonella typhi.
Selain tes Widal, ada tes yang lebih akurat, yaitu tes TUBEXR yang merupakan tes imunologi. Merupakan tes dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut pada tifus. Beberapa penelitian menyimpulkan, tes ini mempunyai sensitivitas lebih baik daripada uji Widal. Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk pemeriksaan secara rutin karena cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara berkembang. Meski begitu, tes ini hanya dapat mendeteksi penyakit tifus, tapi tidak paratifus yang kerap menyertai tifus. Tes yang lebih akurat adalah pembiakan kuman dari darah, urine, feses, sumsum tulang, atau cairan lainnya. Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid. Media pembiakan yang direkomendasikan untuk S. typhi adalah media empedu. Ini karena S. typhi dan S. paratyphi dapat tumbuh pada media tersebut. Namun, tes biakan kuman sebaiknya dilakukan sebelum penderita diobati antibiotika. Meski sangat akurat dan dapat mendiagnosis tifus dan paratifus, diagnosis biakan kuman membutuhkan waktu lama (5-7 hari) serta peralatan yang lebih canggih untuk identifikasi bakteri sehingga tidak praktis untuk diagnosis penderita.
4. TIFUS ADALAH PENYAKIT BUKAN GEJALA
Banyak bakteri yang menegakkan diagnosis penyakit "gejala tifus". Ini jelas sebuah diagnosis rancu, karena dalam dunia kedokteran tidak mengenal istilah ini. Diagnosis harus tegas, apakah penderita terjangkit penyakit tifus atau tidak. Kalau mau, dokter mengatakan diagnosis dugaan tifus. Kenali gejala tifus dengan baik, jika demamnya sampai 5-6 hari hilang timbul maka kemungkinan penderita terjangkit tifus. Tapi jika tidak demam, atau demamnya turun setelah tiga hari, ada kemungkinan penderita tidak terjangkit tifus. Ada banyak penyakit infeksi lain yang disertai demam. Apalagi pada hari-hari pertama demam, sulit untuk dapat memastikannya sebagai demam tifoid. Gejala demam juga terdapat pada penyakit lain seperti demam dengue, morbili, dan sebagainya.
5. TIFUS DIBAWA OLEH CARRIER
Banyak orang yang tidak terlihat sakit tapi berpotensi menyebarkan penyakit tifus. Inilah yang disebut dengan pembawa penyakit tifus. Meski sudah dinyatakan sembuh, bukan tidak mungkin mantan penderita masih menyimpan bakteri tifus dalam tubuhnya. Bakteri bisa bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ini karena sebagian bakteri penyebab tifus ada yang bersembunyi di kantong empedu. Bisa saja bakteri ini keluar dan bercampur dengan tinja. Nah, bakteri ini dapat menyebar lewat air seni atau tinja penderita.

Sumber: Yayasan EurokaindonesiaDi musim kemarau seperti saat ini, bakteri Salmonella typhi penyebab sakit tifus memang mudah menyebar. Terutama di genangan air kotor, makanan tercemar, alas tidur dan lingkungan sekitar rumah yang jarang dibersihkan.
Sebagian orang menganggap tifus berasal dari kotoran dan air kencing tikus. Padahal dalam rantai penyebaran tifus, tikus hanyalah hewan pembawa bakteri Salmonella typhi. Sama halnya dengan lalat dan kecoa yang sering hinggap di tempat kotor. Bahkan debu yang tertiup angin bisa menjadi media penyebar bakteri Salmonella typhi.
Biasanya, tikus yang disebut-sebut penyebab tifus tadi sudah terinfeksi bakteri almonella typhi. Kemudian mencemari lingkungan saat mengeluarkan sebagian bakteri itu melalui kotoran dan air kencing. Kotoran dan air kencing penderita tifus juga perlu diwaspadai karena berpotensi menyebarkan bakteri Salmonella typhi.
Salmonella thyposa masuk ke tubuh melalui makanan dan minuman, lalu berkembang biak di usus halus yang merupakan bagian dari sistem pencernaan. Karena tidak dinetralkan oleh asam lambung, kuman yang berhasil berkembang biak mengakibatkan proses inflamasi (peradangan) lokal.

PENYAKIT TIFUS

Apa Itu Penyakit Tifus ?

Tifus adalah suatu penyakit infeksi bakterial akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Di Indonesia penderita tifus atau disebut juga demam tifoid cukup banyak, tersebar di mana-mana, ditemukan hampir sepanjang tahun, dan paling sering diderita oleh anak berumur 5 sampai 9 tahun. Kurangnya pemeliharaan kebersihan merupakan penyebab paling sering timbulnya penyakit tifus. Pola makan yang tidak teratur dan menyantap makanan yang kurang bersih dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini.

BAKTERI PENYEBAB TIFUS

Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negative berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus, paratifus, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih penderita.Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun setelah berkemih.
Lalat bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan.

Bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar. Pada kasus yang berat, yang bisa berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi (perlubangan).Sekitar 3% penderita yang terinfeksi oleh Salmonella typhi dan belum mendapatkan pengobatan, di dalam tinjanya akan ditemukan bakteri ini selama lebih dari 1 tahun.Beberapa dari pembawa bakteri ini tidak menunjukkan gejala-gejala dari demam tifoid.

GEJALA

Biasanya gejala mulai timbul secara bertahap dalam wakatu 8-14 hari setelah terinfeksi. Gejalanya bisa berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit, penurunan nafsu makan dan nyeri perut. Kadang penderita merasakan nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk serta perdarahan dari hidung. Jika pengobatan tidak dimulai, maka suhu tubuh secara perlahan akan meningkat dalam waktu 2-3 hari, yaitu mencapai 39,4-40°Celsius selama 10-14 hari. Panas mulai turun secara bertahap pada akhir minggu ketiga dan kembali normal pada minggu keempat. Demam seringkali disertai oleh denyut jantung yang lambat dan kelelahan yang luar biasa.Pada kasus yang berat bisa terjadi delirium, stupor atau koma. Pada sekitar 10% penderita timbul sekelompok bintik-bintik kecil berwarna merah muda di dada dan perut pada minggu kedua dan berlangsung selama 2-5 hari.

KOMPLIKASI

Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna, tetapi bisa terjadi komplikasi, terutama pada penderita yang tidak diobati atau bila pengobatannya terlambat:Banyak penderita yang mengalami perdarahan usus; sekitar 2% mengalami perdarahan hebat. Biasanya perdarahan terjadi pada minggu ketiga.Perforasi usus terjadi pada 1-2% penderita dan menyebabkan nyeri perut yang hebat karena isi usus menginfeksi ronga perut (peritonitis).Pneumonia bisa terjadi pada minggu kedua atau ketiga dan biasanya terjadi akibat infeksi pneumokokus (meskipun bakteri tifoid juga bisa menyebabka (pneumonia).Infeksi kandung kemih dan hati.Infeksi darah (bakteremia) kadang menyebabkan terjadinya infeksi tulang (osteomielitis), infeksi katup jantung (endokarditis), infeksi selaput otak (meningitis), infeksi ginjal (glomerulitis) atau infeksi saluran kemih-kelamin. Pada sekitar 10% kasus yang tidak diobati, gejala-gejala infeksi awal kembali timbul dalam waktu 2 minggu setelah demam mereda



DIAGNOSIS

Diagnosis penyakit ini ditegakkan atas dasar riwayat penyakit, gambaran klinik dan hasil pemeriksaan laboratorium (jumlah lekosit menurun dan titer Widal yang meningkat). Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya kuman pada salah satu biakan.Pemeriksaan serologik Widal (titer Aglutinin OD) sangat membantu dalam diagnosis walaupun 30% penderita memperlihatkan titer yang tidak bermakna atau tidak meningkat. Sebaliknya, hasil uji Widal yang positif (titer Widal lebih besar dari 1/160) belum tentu menunjukkan pasien positif menderita tifus. Uji Widal baru bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan serial tiap minggu dengan kenaikan titer sebanyak 4 kali.

PENCEGAHAN

Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%. Vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri Salmonella typhi dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi (termasuk petugas laboratorium dan para pelancong). Para pelancong sebaiknya menghindari makan sayuran mentah dan makanan lainnya yang disajikan atau disimpan di dalam suhu ruangan. Sebaiknya mereka memilih makanan yang masih panas atau makanan yang dibekukan, minuman kaleng dan buah berkulit yang bisa dikupas.

PENGOBATAN

Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan.
Antibiotik yang banyak digunakan adalah kloramfenikol. Kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat mencerna makanan. Jika terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik berspektrum luas (karena berbagai jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang mengalami perforasi.

OBAT – OBAT TIFUS

Kloramfenikol Untuk Tifus diberikan dosis 4 kali 500 mg sehari selama 2 – 3 minggu . Untuk anak diberikan dosis 50 – 100 mg / kg BB sehari dibagi dalam beberap dosis selama 10 hari.Tiamfenikol dengan dosis 50 mg / kg BB sehari pada minggu pertama , lalu diteruskan 1-2 minggu lagi dengan dosis separuhnya. Kotrimoksazol 2 dd 3 tablet setiap hari ( 1440 mg ) sampai bebas demam , kemudian 2 dd 2 tablet selama 7 hari. Amoxsisilin 6 dd 1 g selama 2 minggu

FARMAKOLOGI OBAT

Klormfenikol diserap dengan cepat . Kadar puncak dalam darah tercapai 2 jam . Untuk anak biasanya diberikan bentuk ester kloramfenikol palmitat atau stearat yang rasanya tidak pahit . Bentuk Ester ini akan mengalami hidrolisis dalam usus dan membebaskan kloramfenikol.Masa penuh eliminasi pada orang dewasa kurang lebih 8 jam , Pada bayi berumur kurang dari 2 minggu sekitar 24 jam . Kira – kira 50 % kloramfenikol dalam darah terikat dengan albumin.Dengan demikian toksisitas obat – obat ini lebih tinggi bila diberikan bersama kloramfenikol .Amoksisilin bekerja lebih lambat, selama 5 – 6 hari, demam hilang dibandingkan rata – rata 3 hari dengan kloramfenikol. Kotrimoksazol mampu menghilangkan demam dalam 4 hari, setelah terapi, tinja tidak mengandung basil tifus, sehingga efektif juga untuk mengobati pembawa basil. Berhubung bahaya gangguan darah sebaiknya jangan digunakan selama 2 minggu.



Nama Obat dan Produsen Cloramfenikol

ALCHLOR(Pharmac), CHLORAMEX

( Dumex ), ( Parke D ), COLSANCETINE ( Sanbe ), COMBECETIN (Combi ), CHLOROMYCETIN FENICOL ( Poneo ), KEMICETIN ( Farmitalia), PARAPHENICOL ( Prafa ), PARAXIN ( Boehringer Man ), RIBOCINE

( Dexa ), ZENICHLOR ( Zenith ), CLORAMPHENICOL ( Generik ).

Bagaimana Menghindari Tifus

Beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah timbulnya penyakit ini adalah biasakan makan makanan dan minuman yang sudah dimasak, lindungi makanan dari lalat, kecoa dan tikus, cuci tangan dengan sabun setelah ke WC dan sebelum makan, serta hindari jajan ditempat-tempat yang kurang bersih. Cara termudah menghindari penyakit ini adalah dengan menjaga higienitas makanan

MAKANAN YANG DIANJURKAN UNTUK PENDERITA TIFUS

Penderita tifus sebaiknya makan makanan yang lembut dan mudah dicerna, seperti bubur nasi atau bubur sumsum dengan lauk ayam, ikan, telur, daging, tahu dan tempe. Buah-buahan dan sayuran seperti pepaya, pisang, bayam, wortel dan labu siam juga baik untuk penderita tifus. Hindari makan nenas, nangka, tape, singkong dan daun singkong, kentang, dendeng, corned beef, sardines dan makanan awetan lainnya.

Daftar Pustaka

Tjay & Rahardja .Obat – obat Penting : Khasiat ,Penggunaan ,dan Efek samping

.Jakarta:Gramedia



Ganiswara,S. (ed) . Farmakologi dan Terapi, Jakarta ; FKUI